Pernahkah Anda menyaksikan sebuah pertunjukan pagelaran sendratari ramayana yang begitu megah? Mulai dari penggunaan kostum, gerakan tangan, mimik ekspresi wajah para pemain hingga jalan cerita menarik yang membuat para penonton berdecak kagum. Di dalam tarian tersebut, setiap adegan ditampilkan dengan detil sempurna, bahkan ke bagian yang lucu yang mengocok perut penonton.

Dalam bentuk lain, para penikmat musik mungkin pernah mendengar atau menonton konser live dari Dream Theater. Band pengusung genre progressive metal yang sudah tiga kali mengadakan konser di Indonesia ini juga sangat memukau penonton di setiap penampilannya. Dengan musik yang highly sophisticated (dg ketukan ganjil, durasi yang panjang, skill bermusik yang tinggi,dll), band dengan gitaris bernama John Petrucci ini never missed the beat. Semua sesuai ketukan. Bahkan sang drummer pengganti Mike Portnoy yang legendaris, Mike Mangini juga mampu mengimbangi kerumitan harmoni yang menjadi karakter band ini.

Pernahkah Anda menyaksikan sebuah pertunjukan pagelaran sendratari ramayana yang begitu megah? Mulai dari penggunaan kostum, gerakan tangan, mimik ekspresi wajah para pemain hingga jalan cerita menarik yang membuat para penonton berdecak kagum. Di dalam tarian tersebut, setiap adegan ditampilkan dengan detil sempurna, bahkan ke bagian yang lucu yang mengocok perut penonton.

Dalam bentuk lain, para penikmat musik mungkin pernah mendengar atau menonton konser live dari Dream Theater. Band pengusung genre progressive metal yang sudah tiga kali mengadakan konser di Indonesia ini juga sangat memukau penonton di setiap penampilannya. Dengan musik yang highly sophisticated (dg ketukan ganjil, durasi yang panjang, skill bermusik yang tinggi,dll), band dengan gitaris bernama John Petrucci ini never missed the beat. Semua sesuai ketukan. Bahkan sang drummer pengganti Mike Portnoy yang legendaris, Mike Mangini juga mampu mengimbangi kerumitan harmoni yang menjadi karakter band ini.

Bagi pencinta musik Jazz pun pasti kenal dengan Fourplay. Band yang beranggotakan empat personil ini selalu mempesona penonton. Walau nada-nada yang digunakan jarang menggunakan dana yang dissonant (miring), tetapi secara teknik, musik mereka tidak mudah untuk dibawakan. Bahkan kita tidak bisa mengidentifikasi apakah sebuah part adalah murni improvisasi ataupun sudah diatur. Belum lagi sebuah resital piano klasik, dimana musik yang bisa membawa perasaan sedih ataupun gembira dapat menimbulkan visualisasi menakjubkan di mata penonton.    

Bagaimana dengan Stand up Commedy? Ketika kita menyaksikan pertunjuan stand up comedy yang sangat lucu, penonton akan terbawa suasana, dengan gelak tawa yang riuh bahkan secara tidak sadar bertepuk tangan. Walau banyak acara kontes stand up comedy di televisi menampilkan komentar atau penilaian juri tentang teknik delivery, mungkin banyak pemirsa yang masih belum menyadari bahwa adegan lucu tadi sudah secara cerdas dan detil dipersiapkan dalam script (naskah) yang sudah dihafal di luar kepala oleh para komedian.

Lalu apa hubungannya dengan Pubic Speaking atau presentasi di depan publik? Ternyata di public speaking juga menganut kiat sukses yang sama, yaitu script atau naskah yang dibuat secara detail sebelum perform! Dalam pertunjukan musik pop atau jazz (kalau klasik sudah pasti), kita mungkin masih bisa memperhatikan dimana para pemain band melihat atau setidaknya melirik partitur. Jadi permainan di atas panggung bisa termonitor dan terkontrol. Tetapi dalam stand up comedy, drama ataupun sendratari? Para performer dituntut untuk menghafal urutan dan gerakan atau adegan secara detil di luar kepala. Cukup menantang, bukan?

Untuk menghafal di luar kepala sebuah presentasi atau public speaking dituntut sebuah latihan yang cukup keras. Karena di situlah letak kesempurnaan. Jika dalam istilah bermusik, never missed a beat. Semua sudah dikonsep / direncanakan dan diatur secara detil. Lalu bolehkah para performer ini berimprovisasi atau melakukan gerakan atau dialog spontan? Imrpovisasi itu bagus dalam hal yang bertujuan untuk meluweskan sesuatu yang dianggap kaku. Bumbu-bumbu humor segar juga diperlukan, tetapi tetap, script atau naskah selalu menjadi pedoman. Dengan mengambil contoh stand up comedy, humor yang dikonsep secara detil akan memiliki risiko yang rendah (tingkat kesuksesan tinggi) dibawakan di atas panggung dibandingkan dengan sebuah humor yang spontan (tidak terkontrol).

Apakah semua public speaker terkenal membuat konsep presentasi secara detil? Jawabannya adalah Ya. Tapi karena jam terbang mereka yang tinggi (sering mengulang di event berbeda), kata-kata yang keluar sepertinya terlihat spontan. Even seorang John C Maxwell (penulis buku terkenal dan pembicara senior tentang leadership) secara mudah mengalirkan kata-kata yang membuat kagum audience dengan terlebih dahulu berlatih sebelum naik ke atas panggung. Padahal Maxwell sudah memiliki modal pengalaman menulis begitu banyak buku dan puluhan ribu jam terbang di atas panggung. Joke-joke dia tentang cucu-cucunya, tentang anaknya, sudah terkonsep secara detil dalam naskah atau script.

Lalu bagaimana dengan slide show? apakah itu dapat membuat presentasi public speaking kita menjadi outstanding (sangat mempesona)? jawabannya bisa Ya dan bisa tidak. Ya ketika kita memang harus menampilkan grafik atau alat bantu visual, dan harus seperlunya. Public Speaking yang baik tidak menggunakan alat bantu slide show terlalu banyak. Jadi bedakan dengan training atau workshop dimana sesuatu yang amat teknis harus diajarkan. Slide show terlalu banyak akan men-distract focus audience kepada pembicara. You are the star.  

Jadi, tunggu apa lagi? marilah kita berlatih dengan menggunakan naskah atau script sebelum kita melakukan public speaking atau presentasi. Hafal di luar kepala apa saja yang penting. Latih dimana saja kapan saja. Di waktu berkendara, di kamar mandi bahkan di depan cermin di dalam kamar. Remember, just like most legal guy says, the devil is on the details. So, focus on it!

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *