Saya sudah mencintai buku semenjak balita. Bahkan, almarhum Ibu saya tahu betul dimana saya waktu kecil bisa di ‘titipkan’ agar beliau dapat leluasa berbenja. Jaman itu belum ada yang namanya HP, sehingga komunikasi tidak semudah sekarang. Ibu selalu mengajak saya ke toko buku, sebagai spot pertama setiap ke Dept store atau supermarket. Di sana saya bisa berjam-jam persis berada di koordinat yang sama, tidak beranjak sedikitpun, fokus dengan apapun yang sedang saya baca, entah itu komik, novel dll.
Saya sudah mencintai buku semenjak balita. Bahkan, almarhum Ibu saya tahu betul dimana saya waktu kecil bisa di ‘titipkan’ agar beliau dapat leluasa berbenja. Jaman itu belum ada yang namanya HP, sehingga komunikasi tidak semudah sekarang. Ibu selalu mengajak saya ke toko buku, sebagai spot pertama setiap ke Dept store atau supermarket. Di sana saya bisa berjam-jam persis berada di koordinat yang sama, tidak beranjak sedikitpun, fokus dengan apapun yang sedang saya baca, entah itu komik, novel dll.
Mulai remaja, hobby tersebut tidak hilang. Tema bacaan saya cenderung lebih ke sci-fi alias science fiction karena saya penggemar berat movie star trek. Dalam hal fokus, saya memiliki keahlian tinggi, buktinya di dalam Bus yang panas di tengah lalu lintas yang hingar bingar, saya bisa membaca dengan nyaman.
Saat saya kuliah, awal 90-an, saya mulai kenal dengan penulis-penulis terkenal seperti Anthony Robbins, Brian Tracy, Stephen Covey, Tom Peters dll dan minat baca saya berubah ke tema self improvement.
Saat awal bekerja, awal thn 2000, saya pernah ditempatkan di sebuah kantor cabang yang berdekatan dengan sebuah toko buku besar, QB Pondok Indah. Tempat itu adalah surga buat saya. Semua tema ada di sana. Dalam gaji yang pas-pasan, belanja buku saya bisa hingga lebih dari satu juta perbulan, sebuah jumlah yang cukup besar pada waktu itu.
Sepanjang waktu saya menyadari bahwa kemampuan membaca saya semakin drastis berkurang. Banyaknya problem di pekerjaan, urusan rumah tangga, dan berbagai hobby baru membuat buku-buku yang saya beli tidak tersentuh. Kebiasaan membeli nya konstan (bahkan setiap business travel saya harus beli buku imported bintang 5 versi amazon), tetapi kemampuan membaca drop secara drastis. Cepat ngantuk dan pikiran mudah melayang kemana-mana. Alhasil, di rumah banyak buku menumpuk seperti toko buku, segelnya belum terbuka.
Setelah saya mengikuti workshop mengenai improvement dalam skill membaca, saya baru mengetahui ternyata ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam membaca sehingga kita bisa tetap dapat mengikuti knowledge baru yang ada. Adapun rahasia nya adalah dengan memahami cara kerja otak kita.
Otak kita terbagi menjadi dua bagian, concious mind (pikiran sadar) dan subconsious mind (pikiran bawah sadar). Pikiran sadar ini berfungsi menyimpan memori dengan baik, tetapi kelemahannya adalah, pikiran sadar hanya bisa memikirkan topik dalam suatu waktu (sistem tunggal). Ternyata pikiran bawah sadar (sistem majemuk) kita sangat dominan (80%) dalam memproses sebuah informasi. Sayangnya, pikiran bawah sadar cenderung bersifat negatif, karena awalnya (pada manusia purba) berfungsi sebagai alert system dalam hal ancaman bahaya. Penting sekali bagi kita dapat mengendalikan pikiran bawah sadar.
Langkah berikut, kita harus menghilangkan mitos atau paradigma negatif tentang membaca, misalnya dalam membaca kita harus paham semua yang penulis sampaikan. Padahal kita hanya perlu mengetahui apa saja informasi yang kita butuhkan dari buku itu. Mitos kedua adalah, dengan membaca kita harus langsung paham semua isi. Pada kenyataannya pemahaman kita harus dibangun selapis demi selapis. Mitos berikut adalah, membaca harus dari kata per kata. Padahal jika kita tahu apa informasi yang kita butuhkan maka kita langsung highlight. Membaca harus lebih lambat dan membaca adalah kegiatan yang berat adalah mitos berikutnya. Membaca harus dari awal hingga akhir juga adalah paradigma yang harus dirubah.
Dalam membaca, kita perlu menimbang apakah buku tersebut perlu kita baca saat ini atau tidak, yaitu dengan membaca cover depan, belakang dan daftar isi lalu simpulkan. sebelumnya kita harus punya tujuan yang jelas, untuk apa kita membaca buku tersebut.
Selanjutnya, kegiatan membaca membutuhkan kondisi ‘flow’ dimana gelombang otak kita dalam kondisi tenang dan fokus. Contohnya pada saat kita larut lupa waktu pada sebuah pekerjaan (keasyikan). Kondisi tersebut bisa dibangun dengan cara duduk rileks, mengkondisikan pikiran seperti saat meditasi dan sebagainya.
Lalu kita membutuhkan keyakinan dimana pada saat membaca, kondisi semakin rileks dan konsentrasi semakin tinggi. Yakinkanlah bahwa apa yang dibaca masuk ke pikiran bawah sadar.
Penggunaan mindmapping, (manual / tulis tangan atau menggunakan aplikasi) sangatlah membantu dalam pemahaman kita dalam membaca.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, semoga kita semakin efektif dan efisien dalam mengakses pengetahuan atau knowledge dari sebuah buku. Dengan spirit constant and never ending improvement dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di negara tercinta ini, mari kita budayakan membaca buku
Referensi : Buku BacaKilat 3.0 karya Agus Setiawan